Jumat, 07 Oktober 2011

Cabut Rumput (tampak kurang kerjaan, tapi mempertobatkan)

Sudah tiga minggu, setiap Sabtu sore diadakan kegiatan ‘cabut rumput’ bersama di depan kapel. Rumput yang dicabut bukan sembarang rumput dan yang pasti bukan rumput gajah yang memang sengaja ditanam supaya memberi warna hijau yang menyejukkan. Rumput yang dicabut adalah rumput yang tumbuh liar diantara rumput gajah. Dari bentuk daunnya, rumput ini menarik, tetapi karena mengganggu pertumbuhan rumput gajah maka perlu disingkirkan dan dimusnahkan.
Saya berpikir, “Waaah, hebat sekali si rumput gajah ini, betapa berharganya dia sampai rumput-rumput yang lain tidak diperkenankan mengganggunya. Berani tumbuh di sekitarnya, siap-siap saja untuk dimusnahkan. Rumput gajah yang luar biasa. Lantas, apa yang berharga bagiku sehingga aku berani menyingkirkan segala-galanya dari padanya?”
Sebagai seorang calon religius, yang berarti orang yang senantiasa mengarahkan hidupnya kepada Allah, maka sesuatu yang paling berharga itu adalah Allah sendiri, yakni dalam diri Yesus Kristus. Maka apapun yang mengganggu atau menghalangi laju tumbuh kita kepada Yesus harus disingkirkan.
Mencabut rumput yang tumbuh di antara rumput gajah ini ternyata tidak mudah. Pada hari Sabtu sore pertama jari telunjuk saya sampai terluka, kulitnya terkelupas karena kerasnya rumput yang dicabut. Rumput ini bukanlah rumput yang tumbuh tunggal melainkan tumbuh menjalar dan pada pokok tumbuhnya, akarnya sangat kuat dan panjang sampa ke dalam tanah. Maka ketika kita berhasil mencabut satu bagian rumput, kita tidak boleh langsung berbangga karena belum tentu bagian pokok dan akar-akarnya sudah tercabut. Kalau diperhatikan, ketika satu tercabut, ada sulur-sulur yang merupakan cabang-cabang yang tidak hanya satu tetapi bisa panjang dan menyebar. begitu kita telusuri, kita cabut pelan-pelan, maka akan terlihat satu rumput yangbesar dengan pokok akar yang kuat. rumput ini memiliki kemampuan menjalar dan mengakar yang kuat. Maka, jelas saja rumput ini akan mengganggu pertumbuhan rumput gajah.
Demikian halnya dengan pertumbuhan kepribadian kita sebagai calon religius. Ada hal-hal yang dapat mengganggu, yang tumbuh menjalar dan mengakar sehingga menghambat laju tumbuh kita kepada Yesus, yaitu akar dosa. Akar dosa ada beberapa jenis, diantaranya kebanggaan diri, hati penuh iri, kemaraha, kecemburuan, kemalasan, kerakusan da nafsu birahi. Yang banyak tumbuh dalam diri saya yaitu kemalasan. Satu akan kemalasan dapat menjalar dan menumbuhkan hal-hal yang menghambat pertumbuhan iman atau pun kepribadian.
Kemalasan membuat orang mempunyai sikap malas. Orang yang malas biasanya datang terlambat, tidak bergairah dalam segala hal, suka murung bermuram durja, mudah putus asa, tidak mantap dan sukar diberi semangat. Sikap-sikap semacam ini mudah sekali menjalar dan menumbuhkan sikap negative lain. Orang yang melihat orang yang mempunyai sikap malas tentu akan merasa tidak nyaman dan dapat terpancing untuk berpikir negatif. Orang yang tidak mempunyai semangat dan murung, biasanya orang mudah tersinggung, maka ia menjadi mudah marah dan mudah untuk berkonflik dengan orang lain. Orang yang mudah putus asa dapatmenunjukkan kuran g kuatnya Iman dalam dirinya.
Contoh yang saya alami adalah ketika benar-benar merasa malas, inginnya istirahat, tidur di kamar, sementara ada banyak tugas yang harus dikerjakan. Pertama. kemalasan itu membuat saya manja dan memberi dispensasi pada diri sendiri dengan menunda-nunda  pekerjaan dan tugas. Lama-lama, jadi lupa tidak mengerjakan. Kemudian muncul sikap menyepelekan atau kurang menghargai staf pengajar dengan berpikir,” ah, paling-paling suster lupa!” atau bilang saja belum selesai. Muncul niat-niat buruk dalam hati dan pikiran. Dan akhirnya ketika menerima teguran, tidak terima dan menggerutu. Saat disapa dengan saudari sekomunitas, membalas dengan acuh. Timbullah konflik. Demikian satu akar dosa yaitu kemalasan mampu tumbuh menjalar pada sikap-sikap yang mampu menghambat pertumbuhan diri sendiri maupun komunitas.
Oleh karena itu, sebelum ia menjalar kemana-mana danmenguasai hidup kita, kita perlu menjabutnya perlahan-lahan jangan sampai ia terus tumbuh menjalar. Ketika kita sudah mulai merasakan tanda-tanda tumbuhnya si malas, kita harus cepat-cepat mencabutnya. Syukur-syukur kita sampai menemukan pokok akarnya. Misalnya ketika kita berputus asa dan kehilangan semangat, kita harus segera merunutnya, mencabut pelan-pelan sampai ditemukan pokok akarnya yaitu kemalasan. Dengan demikian kita harus segera bangkit dan melawannya supaya tidak menimbulkan sikap-sikap negative.
Sesaat ketika merenungkan tentang si rumput ini, saya teringat pada sebuah tugas yang telah saya tunda, maka segera saya menyelesaikannya sebab bila tidak, akan lupa dan meninggalkan masalah. Saya juga kemudian sadar bahwa kemalasan pun sedang tumbuh dengan kuatnya hari-hari ini dalam diri saya. Masih banyak tugas yang saya tunda-tunda karena menuruti rasa malas dan ngantuk.
Melalui kegiatan cabut rumput dan merefleksikannya, saya mulai menyelesaikan tugas itu satu persatu dengan semangat dan berusaha untuk melawan kemalsan itu. Saya jadi mengerti dan diingatkan bahwa ketika saya dikuasai kemalasan, semua jadi terganggu dan saya tidak dapat bertumbuh optimal baik secara iman maupun kepribadian. Terima kasih rumput….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar