“Ga kotor, ga belajar”. Tentu kita pernah mendengar kalimat tersebut bukan? Ya, itu adalah kalimat dari sebuah iklan deterjen di televisi. Saya merasa bahwa iklan tersebut menarik untuk direnungkan. Sebuah metode belajar yang baik, yaitu dengan mengalami dan merasakan sendiri, bukan hanya menerima teori-teori atau mendengar dari orang lain.
Dalam Injil Yohanes 1:39 Yesus juga mengajarkan kepada kita bagaimana belajar mengenal-Nya. Yesus meminta murid-Nya untuk datang dan melihat sendiri dimana Dia tinggal dan bagaimana kehidupan-Nya. Jadi, mereka percaya bukan hanya dari mendengar kata orang, tetapi dengan merasakan sendiri. Demikian pun kita hendaknya dapat lebih mengenal-Nya secara pribadi dari pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami. Bukankah pepatah mengatakan: pengalaman adalah guru yang terbaik? Tantangannya adalah: apakah kita mau untuk mengalami sendiri?
Pada zaman yang serba canggih ini, orang bisa mengerjakan segala sesuatu tanpa harus mengerjakannya sendiri atau lebih mengandalkan teknologi daripada menggunakan akal budi dan tenaganya sendiri. Kita tidak mau menanggung resiko. Kita tidak mau “kotor”. Padahal di situlah proses belajar yang sungguh berharga, yaitu dengan mengalami dan merasakan sendiri. Dengan mersakan sendiri dan mengalami langsung kita juga dapat memupuk kepekaan, rasa solidaritas dan bela rasa dalam diri kita.
Marilah kita kembali belajar dari pribadi Yesus Sang Guru Sejati kita, bagaimana Dia mau mengalami sendiri kehidupan sebagai manusia demi misi penyelamatan-Nya walaupun Dia adalah Tuhan (bdk. Flp 2:6-8). Dia datang, merasakan dan menjadi satu dengan kita dalam peziarahan hidup kita. Oleh karena itu, hendaknya kita belajar dengan merasakan dan mengalami sendiri. Kita belajar dari setiap pengalaman-pengalaman hidup kita yang senantiasa dilimpahi oleh rahmat kasih-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar